Selasa, 19 Januari 2010

BAHAYA FACEBOOK

Banyak orang mengaku addicted to Facebook. Tapi ternyata Facebook dapat mengundang bahaya.

Facebook adalah layanan jejaring sosial yang mengumpulkan orang banyak dalam satu wadah di Internet. Facebook mirip dengan Friendster, namun diakui memiliki banyak kelebihan. Pengguna Facebook mulai dari abg hingga orang tua yang berumur di atas 50 tahun.

Facebook diakui berguna untuk menemukan teman-teman yang tercecer. Banyak dari para pengguna Facebook yang akhirnya berhasil menemukan teman-teman di masa lalu. Hal ini menambah nilai tambah bagi Facebook.

Selain itu fungsi foto dan tagging ternyata disukai banyak orang. Kolom komentar yang disediakan serta notification yang ada membuat para facebooker mengetahui perkembangan dalam dunia per-facebook-an.

Beberapa Facebooker mengaku hal pertama yang mereka periksa ketika online internet adalah membuka akun Facebook. Facebook juga telah berhasil memasuki peringkat ke tiga dunia sebagai situs yang banyak dikunjungi. Bahkan Facebook berhasil menggeser senior dunia jejaring sosial, yaitu Friendster.

Tidak hanya dimanfaatkan untuk mencari teman, Facebook digunakan untuk beriklan serta berkampanye. Presiden Amerika Barrack Obama adalah Presiden pertama yang memanfaatkan Facebook untuk kampanye via internet, dan kini banyak capres-capres yang mengekor tindakan Obama tersebut.

Namun dibalik keunggulannya, ternyata Facebook memiliki dampak samping.

1. Terbuangnya waktu. Pengguna Facebook enggan terlepas dari komputer, laptop, handphone, dan gadget yang mampu mengakses Facebook. Banyak waktu terbuang di depan komputer. Aturlah waktu Anda. Jangan sampai sia-sia hanya di depan komputer.

2. Hati-hatilah memasang status di Facebook. Ada tragedi yang menimpa seorang istri ketika mengganti statusnya menjadi single. Sang suami yang marah tanpa berpikir panjang langsung menghabisi sang istri. Dan hal ini telah terjadi 2 kali.

3. Hati-hatilah menaruh foto di Facebook. Yang namanya dunia internet, orang bisa melakukan bermacam-macam hal. Orang bisa meng-edit foto sedemikian rupa yang berbau negati dan menyebarkannya ke forum atau milis. Hal ini bisa merusak nama yang terlibat. Belum lagi foto dapat memicu keributan.

Pasanglah foto di Facebook dengan bijak, karena tidak hanya Anda dan teman Anda saja yang bisa melihat. Semua orang di dunia bisa melihatnya, kecuali Anda men-setting foto Anda menjadi private, sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat foto Anda.

4. Jangan menaruh sembarangan informasi pribadi. Banyak orang tidak menyadari bahaya menaruh informasi di internet. Dengan memberikan informasi tempat bekerja, nomer telepon, hingga alamat rumah, tentu dapat mengundang orang untuk berniat buruk. Bisa saja informasi tersebut dimanfaatkan untuk berbuat tidak baik. Jadi, taruhlah informasi yang umum. Jangan menaruh informasi pribadi di halaman Facebook Anda. Ingatlah bahwa tidak hanya teman Anda saja yang mengakses Facebook. Apabila Anda ingin informasi yang tertera aman dari orang-orang asing, aturlah agar hanya teman-teman Anda yang bisa mengakses Facebook Anda.

5. Diganggu orang tak dikenal. Banyak orang yang tidak berpikir panjang ketika menerima ajakan berteman dalam dunia jejaring sosial. Tanpa disadari, orang yang diterima menjadi teman bisa mengakses informasi yang tertera dalam halaman Facebook. Oleh karena itu jangan sungkan menolak ajakan teman dari orang yang tidak dikenal. Anda berhak menolak.

Walaupun hal ini terlihat sepele, namun mulai banyak kasus bermunculan karena Facebook. Bijaksanalah dalam menggunakan Facebook.

Sumber: www.kabarinews.com

Senin, 11 Januari 2010

SEPEDA MASA DEPAN




























bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga punya bentuk yang menarik

EVEREST BANYAK MAYAT BERGELIMPANGAN

Mount Everest adalah titik tertinggi di planet bumi. Karena kondisi yang unik ini banyak orang yang mencoba untuk mendakinya semenjak Sir Edmund Hillary berhasil mendakinya pada tahun 1953.

Puncak Mount Everest terletak di negara Nepal dengan tinggi 29,035 feet (8,850 meter) dari permukaan laut. Gunung itu sendiri menjadi pembatas antara Nepal dan Tibet.

Suhu rata-rata tertinggi terjadi pada bulan mei 2008 yaitu minus 17 derajat Fahrenheit (minus 27 derajat Celsius) and kecepatan angin 51 mil (81 km) per jam.

Diwaktu lain sepanjang tahun, angin dapat berhembus dalam kecepatan badai 118 mil dan temperatur dapat jatuh sampai minus 100 derajat fahrenheit( minus 73 derajat celcius). Fakta tambahan yang lain adalah kurang dari sepertiga oksigen yang ada di udara dibanding dengan udara yang berada di permukaan laut.

Everest news memperkirakan, pada tahun 2004 lebih dari 2000 orang berhasil mencapai puncak, dan 189 orang mati ketika mencobanya. Jika anda adalah salah satu dari kurang lebih 150 orang yang akan mencoba untuk mendaki Mount Everest pada tahun ini, ada sesuatu yang pasti akan anda lihat sepanjang perjalanan - MAYAT.

Dari 189 orang yang mati dalam pendakian mereka, diperkirakan 120 orang dibiarkan tinggal di sana. Ini merupakan peringatan yang mengerikan bagi para pendaki. Alasan sederhana mengapa mayat-mayat pendaki dibiarkan berserakan di sana adalah terlalu sulit dan berbahaya untuk mencoba memindahkan mereka. Mencoba membawa tubuh orang mati atau pendaki yang terdampar akan memakan waktu yang terlalu lama dan membuat tim pendaki terhambat. Ini membuat usaha penyelamatan sama dengan bunuh diri.

Kebanyakan mayat terletak di "Zona kematian", area ini terletak di atas base camp terakhir di ketinggian 26,000 feet (8,000 meter). Banyak mayat yang membeku dengan tali masih melingkar di pinggang mereka. Mayat yang lain dalam keadaan membusuk, karena itu beberapa pendaki yang telah berpengalaman telah membuat suatu usaha untuk menguburkan mayat-mayat yang mudah dijangkau.

Pada tahun 2007 Ian Woodall, pendaki Inggris, kembali ke Everest untuk mengubur 3 mayat pendaki yang dia lewati dalam perjalannya menuju puncak. Salah seorang pendaki, seorang wanita bernama Francys Arsentiev, masih hidup ketika woodall menemukannya. Kata pertamanya adalah "jangan tinggalkan saya." Kenyataan yang menyeramkan, tapi, Woodall tidak dapat berbuat apapun untuk menolongnya tanpa membahayakan hidupnya sendiri atau hidup timnya. Dia terpaksa meninggalkan wanita itu untuk mati sendiri.

ASAL MULA TATO

Tato atau tattoo, berasal dari bahasa Tahiti "tatu" yang konon artinya tanda. Walaupun bukti-bukti sejarah tato ini tidak be- gitu banyak, tetapi para ahli mengambil kesimpulan bahwa seni tato ini sudah ada sejak 12.000 tahun sebelum Masehi.

Dutu, tato menjadi semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain. Kalau Anda jalan-jalan ke Mesir, coba main- main ke piramid, mungkin Anda bisa menemukan tato tertua di sana. Karena menurut sejarah, bangsa Mesir-lah yang jadi biang tumbuh suburnya tato di dunia. Bangsa Mesir kan dikenal sebagai bangsa yang terkenal kuat, mereka melakukan ekspansi ke negara-negara lain, sehingga seni tato pun ikut-ikutan menyebar luas, seperti ke daerah Yunani, Persia, dan Arab.

Apa alasan bagi suku-suku kuno di dunia membuat tato ? Bangsa Yunani kuno memakai tato sebagai tanda pengenal para anggota badan intetijen mereka alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tato menunjukan pangkat dari si mata-mata tersebut. Berbeda dengan bangsa Romawi, mereka memakai tato sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan budak, dan tato juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku Maori di New Zealand membuat tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat.

Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. Di Kepulauan Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di alas, orang- orang Suku Nuer di Sudan memakai tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak taki-taki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kutit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu.

Tato alias wen shen atau rajah mulai merambahi negara China sekitar tahun 2000 SM. Wen shen konon artinya "akupunktur badan". Pertu diketahui, sama seperti bangsa Romawi, bangsa China kuno memakai tato untuk menandakan bahwa seseorang pernah dipenjara. Sementara di Tiongkok sendiri, budaya tato terdapat pada beberapa etnis minoritasnya, yang tetah diwarisi oteh nenek moyang mereka, seperti etnis Drung, Dai, dan Li, namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang memiliki kebiasaan menato wajahnya. Riwayat adat-istiadat tato etnis Drung ini muncul sekitar akhir masa Dinasti Ming (sekitar 350 tahun yang talu), ketika itu mereka diserang oleh sekelompok grup etnis lainnya dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung untuk dijadikan sebagai budak. Demi menghindari terjadinya perkosaan, para wanita tersebut kemudian menato wajah mereka untuk membuat mereka kelihatan kurang menarik di mata sang penculik.

Meski kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam keadaan terancam oteh penyerangan dari etnis minoritas lainnya, namun mereka masih terus mempertahankan adat-istiadat ini sebagai sebuah lambang kekuatan kedewasaan. Para anak gadis dari etnis minoritas Drung menato wajahnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai sebuah simbol pendewasaan diri. Ada beberapa penjelasan yang berbeda, mengapa para wanita tersebut menato wajahnya. Sebagian orang mengatakan, bahwa warga etnis Drung menganggap wanita yang bertato terlihat lebih cantik dan para kaum Adam etnis Drung tidak akan menikahi seorang wanita yang tidak memiliki tato di wajahnya.

Di Indonesia Orang-orang Mentawai di kepulauan Mentawai, suku Dayak di Kalimantan, dan suku Sumba di NTB, sudah mengenal tato sejak zaman baheula. Bahkan bagi suku Dayak, seseorang yang berhasil "memenggal kepala" musuhnya, dia mendapat tato di tangannya. Begitu juga dengan suku Mentawai, tatonya tidak dibuat sembarangan. Sebelum pembuatan tato dilaksanakan, ada panen enegaf alias upacara inisiasi yang dilakukan di puturkaf uma (galeri rumah tradisional suku Mentawai). Upacara ini dipimpin oleh sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barutah proses tatonya dilaksanakan.


BAHAN PEMBUAT TATO

Awalnya, bahan untuk membuat tato berasal dari arang tempurung yang dicampur dengan air tebu. Atat-atat yang digunakan masih sangat tradisional. Seperti tangkai kayu, jarum, dan pemukul dari batang. Orang-orang pedalaman masih menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional. Bangsa Eskimo misalnya, memakai jarum yang terbuat dari tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar naga pada kulit tubuh. Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu.

Jauh berbeda dengan sekarang. Saat ini, terutama di kalangan masyarakat perkotaan, pembuatan tato ditakukan dengan mesin listrik. Mesin ini ditemukan pada tahun 1891 di Inggris. Kemudian zat pewarnanya menggunakan tinta sintetis (tinta khusus tato).

Bahkan, perusahaan Freedom-2 di Philadelphia telah menemukan serangkaian produk tinta yang lebih aman di kulit. Produk ini sudah disetujui Badan Urusan Makanan dan Obat-Obatan AS (FDA) untuk digunakan dalam dunia kosmetik, makanan, obat, dan peranti kedokteran - yang tentunya aman untuk tato.


MAKNA TAT0

Pada sistem budaya yang bertainan, tato mempunyai makna dan fungsi yang berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, pernah ada masa di mana tato dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tato dianggap identik dengan penjahat, gali, dan orang nakal. Pokoknya golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau ketentraman masyarakat.

Anggapan negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat "pengesahan" ketika pada tahun 1980-an terjadi penembakan misterius terhadap ribuan gali (penjahat kambuhan) di berbagai kola di Indonesia. Mantan Presiden Soeharto dalam otobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (PT. Citra Lamtorogung Persada, Jakarta, 1989), mengatakan bahwa petrus (penembakan misterius) itu memang sengaja dilakukan sebagai treatment, tindakan tegas terhadap orang-orang jahat yang suka mengganggu ketentraman masyarakat.

Bagaimana cara mengetahui bahwa seseorang itu penjahat dan layak dibunuh? Brita L. Miklouho-Maklai datam Menguak Luka Masyarakat: Beberapa Aspek Seni Rupa Indonesia Sejak Tahun 1966 (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997) menyebutkan bahwa para penjahat kambuhan itu kebanyakan diidentifikasi melalui tato, untuk kemudian ditembak secara rahasia, lalu mayatnya ditaruh dalam karung dan dibuang di sembarang tempat seperti sampah.

Tidak semua orang bertato itu penjahat memang. Tapi mengapa sampai terjadi generalisasi seperti itu? Apa kira-kira dasar atasannya? Apakah dulu kebetulan pernah ada seorang penjahat besar yang punya tato dan itu lalu dipakai sebagai ciri untuk menggeneralisasi bahwa semua orang yang bertatto pasti penjahat juga? Sayangnya belum ada studi mendalam yang bisa menguak pergeseran makna tato dari ukiran dekoratif sebagai penghias tubuh dan simbol-simbol tertentu menjadi tanda cap bagi para penjahat.

Tapi yang jelas telah terjadi "politisasi tubuh". Tubuh dipolitisasi, dijadikan alat kendali untuk kepentingan negara. Dalam kasus petrus di Indonesia, tubuh yang bertato dipakai sebagai alat kendali, suatu alasan untuk menjaga stabilitas negara. Untuk tingkat dunia, bisa disebut beberapa contoh kasus politik tubuh besar sepanjang sejarah peradaban manusia. Orang-orang kulit putih menerapkan sistem politik apartheid di Afrika Selatan hanya karena orang-orang Afrika "berkulit hitam". Dari Jerman, Hitler dengan Nazinya membantai orang-orang Yahudi hanya karena di dalam tubuh orang Yahudi tidak mengalir darah Arya, darah tubuh manusia yang paling sempurna yang pernah diciptakan Tuhan di bumi ini menurut Hitler.

Sebelum tato dianggap sebagai sesuatu yang modis, trendi, dan fashionable seperti sekarang ini, tato memang dekat dengan budaya pemberontakan. Anggapan negatif masyarakat tentang tato dan larangan memakai rajah atau tato bagi penganut agama tertentu semakin menyempurnakan citra tato sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan tidak boleh. Maka memakai tato sama dengan memberontak terhadap tatanan nilai sosial yang ada, sama dengan membebaskan diri terhadap segala tabu dan norma-norma masyarakat yang membelenggu. Orang-orang yang dipinggirkan oleh masyarakat memakai tato sebagai simbol pemberontakan dan eksistensi diri. Anak-anak yang disingkirkan oleh keluarga memakai tato sebagai simbol pembebasan.

Setiap zaman melahirkan konstruksi tubuhnya sendiri-sendiri. Dulu tato dianggap jelek, sekarang tato dianggap sebagai sesuatu yang modis dan trendi. Kalau era ini berakhir, entah tato akan dianggap sebagai apa. Mungkin status kelas sosial, mungkin sekadar perhiasan, atau yang lain. ME(Berbagai Sumber)